A. Pengertian
Atom
Atom juga dapat berarti unit dasar
dari semua benda yang terdiri dari nukleus (inti atom) dan dikelilingi oleh
awan elektron bermuatan negatif. Inti atom terdiri dari proton bermuatan
positif dan neutron yang netral (kecuali pada atom hidrogen yang tidak terdapat
neutron). Jari-jari atom sekitar 3 – 15 nm.Elektron yang terdapat pada atom
terikat dengan inti atom oleh gaya elektromagnetik. Dengan gaya itu pula atom
dapat berikatan dengan atom lainnya dan membentuk sebuah molekul. Hingga kini,
atom tidak dapat dilihat dengan alat optik manapun termasuk mikroskop.
Atom yang mengandung
jumlah proton dan elektron yang sama bersifat netral. Sedangkan jika jumlahnya
berbeda disebut ion karena bermuatan positif atau negatif. Jika jumlah proton
lebih banyak, maka atomnya bermuatan positif. Jika jumlah elektron lebih
banyak, maka atomnya bermuatan negatif. Lebih dari 99,9% massa atom berpusat
pada inti atom. Atom terdiri dari 3 partikel dasar yaitu:
- Proton:
partikel bermuatan positif (+1), diameternya hanya 1/3 diameter elektron,
tetapi memiliki massa sekitar 1840 kali massa elektron.
- Elektron:
partikel bermuatan negatif (-1), memiliki massa paling ringan yaitu hanya
1/1840 kali masa proton atau neutron.
- Neutron:
partikel tidak bermuatan (netral), memiliki massa yang kira-kira sama
dengan gabungan massa proton dan elektron.
Teori tentang atom terus berkembang
karena manusia penasaran dengan apa yang menyusun semua benda. Manusia berpikir
bahwa ketika kertas dipotong-potong, pasti akan ada saat dimana potongan kertas
sudah sangat kecil sehingga tidak dapat dipotong. Untuk itulah, kata “atom”
berasal dari bahasa Yunani a dan tomos yang berarti “tidak dapat
dipotong” (a=tidak; tomos=terbagi/dipotong). Jadi, awalnya atom
dianggap merupakan unit terkecil yang menyusun semua benda. Atom memang
berukuran sangat kecil. Sebuah tanda titik saja terdapat sekitar 20 juta atom.
Kemudian, atom berkembang sesuai dengan perkembangan penelitian dari berbagai
ahli.
B. Perkembangan Teori Atom
Konsep atom
dikemukakan oleh Demokritos yang tidak didukung oleh ekperimen yang
menyakinkan, sehingga tidak dapat diterima oleh beberpa ahli ilmu pengetahuan
dan filsafat.
Pengembangan
konsep atom-atom secara ilmiah dimulai oleh John Dalton (1805), kemudian
dilakukan oleh Thomson (1897), Rutherford (1911), dan disempurnakan oleh Bohr
(1914)
Hasil
ekperimen yang memperkuat konsep atom ini menghasilakn gambaran mengenai
susunan parikel-partikel tersebut didalam atom. Gambaran ini berfungsi untuk
memudahkan dalam memahami sifat-sifat kimia suatu atom. Gambaran susunan
partikel-partikel dasar dalam atom disebut model atom.
1.
Model Atom
Dalton
1.
Atom
merupakan bagian terkecil dari materi yang sudah tidak dapat dibagi-bagi.
2.
Atom
digambarkan sebagai bola pegal yang sangat kecil, suatu unsur memiliki
atom-atom yang identik dan berbeda untuk unsur yang berbeda.
3.
Atom-atom
bergabung membentuk senyawa dengan perbandingan bilangan bulat dan sederhana.
Misalnya air terdiri atas atom-atom hidrogen dan atom-atom oksigen.
4.
Reaksi kimia
merupakan pemisahan atau penggabungan atau penyusunan kembali dari atom-atom,
sehingga atom tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan.
5. Materi tersusun dari bagian-bagian terkecil
yang tidak dapat dibagi-bagi lagi, yang disebut atom.
6.
Atom
suatu unsure yang sama bersifat identik, berbeda sifat dengan atom unsure lain.
Hipotesis
Dalton digambarkan dengan model atom sebagai bola pegal seperti bola tolak
peluru.
Dalton
Bentuk Atom menurut Dalton
2.
Model Atom
Thomson
Dasar : penemuan
electron.
Atom adalah
bola bulat bermuatan positif dan di permukaan tersebar elektron yang bermuatan
negatif. Bila digambarkan seperti roti kismis .
J.J.Thomson Bentuk Atom menurut Thomson
3.
Model Atom Ernest
Rutherford
Dasar : Penelitian dan penemuan inti
atom yang bermuatan positif dengan
penembakan sinar
alfa.
Atom adalah
bola berongga yang tersusun dari inti atom dan eletron yang tersusun dari inti
atom dan elektron yang mengelilinginya. Inti atom bermuatan positif dan massa
atom terpusat pada inti atom. Kelemahan dari Rutherford tidak dapat menjelaskan
mengapa elektron tidak jatuh ke dalam inti atom. Berdasarkan teori fisika,
gerakan elektron mengitari inti ini disertai pemancaran energi elektron akan
berkurang dan lintasannya makin lama akan mendekati inti dan jatuh ke dalam
inti.
Teori Atom Ernest
Rutherford:
1.
Atom terdiri
dari inti atom yang bermuatan positif, dan terpusat pada inti.
2.
Elektron
bergerak mengelilingi inti seperti susunan tata surya.
3.
Atom
bersifat netral artinya muatan positif sama jumlahnya dengan muatan negative
electron.
4.
Sebagian
besar atom merupakan ruang hampa.
5.
Muatan
positif pada inti atom disebut proton.
Ernest
Rutherford Bentuk
Atom menurut Ernest Rutherford
4.
Model Atom
Niels Bohr
Dasar : Eksperimen Planck
yang disebut mekanika kuantum.
Teori Niels Bohr :
1. Atom terdiri atas inti yang
bermuatan positif dan dikelilingi oleh elektron yang bermuatan negatif di dalam
suatu lintasan.
2. Elektron dapat berpindah dari satu
lintasan ke yang lain dengan menyerap atau memancarkan energi sehingga energi
elektron atom itu tidak akan berkurang. Jika berpindah lintasan ke lintasan
yang lebih tinggi, elektron akan menyerap energi. Jika beralih ke lintasan yang
lebih rendah, elektron akan memancarkan energi lebih rendah, elektron akan
memancarkan energi.
3. Kedudukan elektron-eletron pada
tingkat-tingkat energi tertentu yang disebut kulit-kulit elektron.
Niels Bohr Bentuk
Atom menurut Niels Bohr
Perbandingan
teori dari empat peneliti :
C.
Percobaan-percobaan Mengenal Struktur Atom
1.
Elektron
Percobaan tabung sinar katode
pertama kali dilakukan oleh William Crookes (1875). Hasil ekperimennya yaitu
ditemukannya seberkas sinar yang muncul dari arah katode menuju ke anode yang
disebut sinar katode.
George Johnstone Stoney (1891) yand
mengusulkan nama sinar katode disebut “elektron”. Kelemahan dari stoney tidak
dapat menjelaskan pengaruh elektron terhadap perbedaan sifat antara atom suatu
unsur dengan atom dalam unsur lainya. Antonine Henri Beecquerel (1896)
menemukan sinar yang dipancarkan dari unsur-unsur radioaktof yang sifatnya
mirip dengan elektron. Joseph John Thomson (1897) melanjutkan eksperimen
William Crookes yaitu pengaruh medan listrik dan medan magnet dalam tabung
sinar katode.
Hasil percobaan J.J Thomson
menujukkan bahwa sinar katode dapat dibelokkan ke arah kutub positif medan
listrik. Hal ini membuktikan terdapat partikel bermuatan negatif dalam suatu
atom. Besarnya muatan dalam eletron ditemukan oleh Robert Andrew miliki (1908)
melalui percobaan tetes Minyak Milikan seperti gambar berikut.
Minyak disemprotkan kedalam tabung
yang bermuatan litrik. Akibat gaya tarik grafitasi akan mengendapkan tetesan
minyak yang turun. Apabila tetesan minyak diberi muatan negatif maka akan
tertarik ke kutub positif medan listrik. Dari hasil percobaan Milikan dan
Thomson diperoleh muatan elektron-1 dan massa elektron 0.
2.
Proton
Jika massa elektron 0 bearti suatu
partikel tidak mempunyai massa. Namun pada kenyataan nya partikel materi
mempunyai massa yang dapat diukur dan atom bersifat atom netral. Eugene
Goldstein (1886) melakukan eksperimen dari tabung gas yang memiliki katode,
yang diberi lubang-lubang dan diberi muatan listrik.
Hasil eksperimen tersebut
membuktikan bahwa pada saat terbentuk elektron yang menuju anode, terbentuk
pula sinar positif yang menuju arah berlawanan melalui lubang pada katode.
Setelah berbagai gas dicoba dalam tabung ini, ternyata gas hidrogenlah yang
menghasilkan sinar muatan positif yang paling kecil baik massa maupun muatanya,
sehingga partikel ini disebut proton. Massa proton = 1 sma (satuan massa atom)
dan muatan proton = +1
3.
Inti atom
Setelah penemuan proton dan
elektron, Ernest Rutherford melakukan penelitian penembakan lempang tipis emas.
Jika atom terdiri dari partikel yang bermuatan positif dan negatif maka sinar
alfa yang ditembakkan seharusnya tidak ada yang diteruskan/ menembus lempeng
sehingga mincullah istilah inti atom. Ernest Rutherford dibantu oleh Hans
Geiger dan Ernest Marsden (1911) menemukan konsep inti atom didukung oleh
penemuan sinar X oleh WC. Rontgen (1895) dan penemuan zat radioaktif (1896).
Percobaan Rutherford dapat digambarkan sebagai berikut.
Hasil percobaan ini membuat
Rutherford menyatakan hipotesisnya bahwa atom tersusun dari inti atom yang
bermuatan positif dan dikelilingi elektron yang bermuatan negatif, sehingga
atom bersifat netral. Massa inti atom tidak seimbang dengan massa proton yang
ada dalam inti atom, sehingga dapt diprediksi bahwa ada partikel lain dalam
inti atom.
4.
Neutron
Prediksi dari Rutherford memicu W.
Bothe dan H. Becker (1930) melakukan eksperimen penembakan partikel pada inti
atom berilium (Be) dan dihasilkan radiasi partikel berdaya tembus tinggi. James
Chadwick (1932). Ternyata partikel yang menimbulkan radiasi berdaya tembus
tinggi itu bersifat nertal atau tidak bermuatan dan massanya hampir sama dengan
proton. Partikel ini disebut neutron.
D.
Partikel Dasar Penyusun Atom
Atom adalah bagian terkecil dari
suatu unsur yang masih memiliki sifat unsur tersebut. Struktur atom
menggambarkan bagaimana partikel-partikel dalam atom tersusun, atom tersusun
atas inti atom dan dikelilingi elektron-elektron yang tersebar dalam
kulit-kulitnya. Secara sistematis dapat digambarkan partikel-partikel sub atom
berikut.
Sebagian besar atom terdiri dari
ruang hampa yang dalamnya terdapat inti yang sangat kecil di mana massa dan
muatan positifnya dipusatkan dan dikelilingi oleh elektron-elektron yang
bermuatan negatif. Inti atom tersusun atas sejumlah proton dan neutron. Jumlah
proton dalam inti atom menentukan muatan inti atom, sedangkan massa atom inti
ditentukan oleh banyaknya proton dan neutron. Selanjutnya ketiga partikel sub
atom (proton, neutron, dan elektron ) dangan kombinasi tertentu membentuk atom
suatu unsur yang lambangnya dapat dituliskan :
X : lambang suatu unsur
Z : nomor
atom
A :
nomor massa
E.
Nomor Atom dan Nomor Massa
Suatu atom memiliki sifat dan massa
yang khas satu sama lain. Dengan penemuan partikel penyusun atom dikenal
istilah nomor atom (Z) dan nomor massa (A)
Penulisan
lombang atom unsur menyetarakan nomor atom dan nomor massa.
Dimana :
A = nomor
massa
Z = nomor
atom
X = lambang
unsur
Nomor Massa
(A) = Jumlah proton + Jumlah Neutron
Atau
Jumlah
Neutron = Nomor massa – Nomor atom
Nomor Atom
(Z) = Jumlah proton
1. Nomor Atom (Z)
Nomor atom (Z) menujukkan jumlah
proton (muatan positif) atau jumlah elektron dalam atom tersebut. Nomor atom
ini merupakan ciri khas suatu unsur. Oleh karena atom bersifat netral maka jumlah
proton sama dengan jumlah elektronya, sehingga nomor atom juga menujukkan
jumlah elektron. Elektron inilah yang nantinya paling menentukan sifat suatu
unsur. Nomor atom ditulis agak ke bawah sebelum lambang unsur.
2. Nomor Massa (A)
Massa elektron sangat kecil dan
dianggap nol sehingga massa atom ditentukan oleh inti atom yaitu proton dan
neutron. Nomor massa (A) menyatakan banyaknya proton dan neutron yang menyusun
inti atom suatu unsur. Nomor massa ditulis agak ke atas sebelum lambang unsur.
F. Isotop, Isobar, dan Isoton suatu
Unsur
1. Isotop
Atom yang mempunyai nomor atom yang sama tetapi memiliki nomor massa yang berbeda disebut dengan isotop.
Contoh:
Nomor atom 7 Nomor atom 7
Nomor massa 14 Nomor massa 15
Atom yang mempunyai nomor atom yang sama tetapi memiliki nomor massa yang berbeda disebut dengan isotop.
Contoh:
Nomor atom 7 Nomor atom 7
Nomor massa 14 Nomor massa 15
2. Isoton
Isoton ialah atom dari unsur yang berbeda (mempunyai nomor atom berbeda),tetapi mempunyai jumlah neutron yang sama.Karena nomor atomnya berbeda maka sifat-sifatnya juga berbeda.
Isoton ialah atom dari unsur yang berbeda (mempunyai nomor atom berbeda),tetapi mempunyai jumlah neutron yang sama.Karena nomor atomnya berbeda maka sifat-sifatnya juga berbeda.
3. Isobar
Isobar adalah atom dari unsur yang berbeda (mempunyai nomor atom berbeda) tetapi mempunyai jumlah nomor massa yang sama. Karena nomor atomnya berbeda maka sifat-sifatnya juga berbeda.
Contoh:
Isobar adalah atom dari unsur yang berbeda (mempunyai nomor atom berbeda) tetapi mempunyai jumlah nomor massa yang sama. Karena nomor atomnya berbeda maka sifat-sifatnya juga berbeda.
Contoh:
G.
Menetukan Elektron Valensi
1. Konfigurasi Elektron
Konfigurasi (susunan) elektron suatu
atom berdasarkan kulit-kulit atom tersebut. Setiap atom dapat terisi eletron
maksimum 2n2, dimana n merupakan letak kulit.
Lambang kulit dimulai dari K, L, M,
N dan seterusnya dimulai dari yang terdekat dengan inti atom. Elektron disusun
sedemikian rupa pada masing-masing kulit dan diisi maksimum sesuai daya tampung
kulit tersebut. Jadi masing ada sisa elektron yang tidak dapat ditampung pada
kulit tersebut maka diletakkan pada kulit selanjutnya.
2. Elektron Valensi
Elektron yang berperan dalam reaksi
pembentukan ikatan kimia dan reaksi kimia adalah elektron pada kulit terluar
atau elektron valensi. Jumlah elektron valensi suatu atom ditentukan
berdasarkan elektron yang terdapat pada kulit terakhir dari konfigurasi
elektron atom tersebut. Perhatikan Tabel untuk menentukan jumlah elektron
valensi.
Unsur –unsur yang mempunyai jumlah
elektron valensi yang sama akan memiliki sifat kimia yang sama pula.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar